Google October 2011 / Waliangers

.


Kesenian Genjek

Kesenian genjek kini semakin populer di masyarakat. Dalam konteks pergaulan antar masyarakat Karangasem, Magenjekan juga cukup dikenal. Dalam komunitas pengguna teknologi mutakhir, Magenjekan juga dijadikan nada sambung dan nada dering handphone pada beberapa kalangan. Bahkan pada suatu kesempatan penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali, seni yang dimainkan beberapa orang ini pernah pula dilombakan. Hasilnya cukup mengagumkan. Penonton begitu antusias menyaksikan seni satu ini. Selain dalam ajang PKB, genjek juga sudah masuk dunia rekaman. Cobalah bertandang ke toko penjual kaset, di sana akan ada terpajang rekaman genjek dari berbagai sekaa yang tersebar di seantero Bali. Komunitas purantara Bali di belahan Negara-negara lain seperti Amerika juga menggunakan genjek sebagai sarana hiburan dalama memeriahkan sebuah perayaan. Artinya, genjek memang sudah memasyarakat.

Genjek berasal dari kata gagonjakkan yang artinya guyonan, senda gurau tokoh-tokoh orang Karangasem saat memenangkan perang ke pulau Lombok. Berawal dari sinilah kemudian kebudayaan genjek berkembang menjadi ikon serta trade mark khususnya di Kabupaten paling timur pulau Bali. Budaya magenjekan pada kalangan masyarakat Karangasem pun sudah melekat erat dan menjadi suatu identitas. Sehingga, kegiatan yang bersangkutpaut dengan komunitas masyarakat, seperti upacara pernikahan, upacara masesuuk yaitu suatu rangkaian penyambutan bayi lahir yang ditandai dengan putusnya tali pusar sang bayi, dan kegiatan sosial masyarakat lainnya, maka selalu berkaitan erat dengan genjek.


“Magenjek” biasanya diiringi dengan kemong yaitu semacam alat musik sederhana yang biasanya terdiri dari bekas sandal jepit dan potongan bambu. Inilah suatu bentuk penyatuan antara unsur alamiah (bambu) dan unsur kimiawi (bekas sandal jepit). Melihat kondisi seperti ini, semestinya kita sebagai manusia bisa mencontoh bekas sandal jepit dan bambu yang bisa berdampingan dengan rukun serta berkolaborasi untuk menghasilkan instrument musik yang menarik. Dengan kemong inilah maka, magenjek akan dilangsungkan karena kemong merupakan instrument vital dalam magenjek. Genjek suatu nyanyian yang diiringi ritme dan gejolak masing-masing pagenjek, dan memiliki style tersendiri di dalam menyanyikan genjek tersebut. Perbedaan gaya magenjek bukan menjadi permasalahan melainkan menjadi suatu kekuatan yang dipadukan dengan rasa kebersamaan. Demokrasi di dalam magenjekan untuk meluapkan ekspresi seseorang merupakan sisi positif yang berdampak terhadap kondisi psikologi seseorang.

Sayang, beberapa tahun belakangan tradisi genjek sering dianggap berdampak negatif di kalangan masyarakat. Fenomena itu muncul dikarenakan kehadiran genjek yang sering kali dikaitkan dengan tabuh sajeng rateng dan sajeng mentah (mabuk-mabukkan). Anak-anak muda pun kerap mengidentikkan genjek dengan minuman keras setingkat tuak dan arak. Hal inilah yang sering menjadi kontroversi serta asumsi di kalangan masyarakat bahwa magenjekan itu tidak baik. Identik dengan tradisi mabuk-mabukan.
Untuk itu, alangkah bijaknya jika genjek yang telah pula dilombakan itu lebih dipelihara sebagai sebuah karya seni tinggi. Bukan menjadi ajang menegak minuman keras.
Jadikanlah dan angkat genjek ini hingga memiliki tujuan mulia. Misalkan saat ada keluarga yang memiliki kedukaan, orang yang magenjekan mestilah sifatnya menghibur. Membangkitkan rasa peduli dan memberikan semangat hidup pada yang ditinggalkan (sanak keluarga) agar mereka tabah menghadap rasa kehilangannya. Alhasil, magenjek dijadikan semacam sarana menyenangkan bagi mereka yang didera kesedihan, sakit hati, ditinggal pacar, dan lain sebagainya.

Magenjekan memang sulit dihilangkan dengan budaya menegak minum keras sejenis tuak atau arak tadi. Cuma, sebaiknyalah para peserta berusaha membatasi diri. Minum tuak dan arak bagi yang magenjek sebaiknya dibatasi, sehingga meminum minuman karya leluhur tersebut tak sampai membikin pagenjek tidak mabuk. Kalau mabuk, nantinya tak lagi bisa menghibur, tapi justru bisa berbicara ngelantur tanpa bisa diukur.
Kesimpulan genjek sebagai suatu pedoman gejolak individu dalam menjalani kehidupan serta cerminan menghadapi kompleksitas permasalahan yang ada, sebaiknya kita lestarikan ke arah lebih positif lagi. Karena dengan adanya genjek kita masih bisa menghibur saudara, teman, dan masyarakat tanpa mengeluarkan biaya yang mahal layaknya diskotek-diskotek yang berjejer di seputaran Kuta.


Description: Kesenian Genjek

Rating: 4.5

Reviewer: Unknown

Item Reviewed: Kesenian Genjek

Selengkapnya

Waliangers. Powered by Blogger.